A. Tafsir al-Qur’an S. Al-Kahfi 18:13-14
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad)
cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (13)
“Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu
mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh
langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya
kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari
kebenaran"(14)
B.
Telaah tafsir
al-Munir karya an-Nawawi tentang QS.Al Kahfi 13-14
(نحن نكقص
عليك) يا اسرف الخاق (نباءهم با احق) اي علي وجه الصدق (انهم فتيه ) اي جماعة من
الشبان (امنوابربهم ) با لتحقيق لاءبالتقليد (وزدناهم هدي ) اي باءن سبتنا هم علي
ما كا نوا عليه من الذين ( وربطن علي قلو بهم ) اي قو ينالاها حتي اقتحوا مضا يق
الصبرعلي حجر الاءهل والاخوان وجتراءوا علي الردعلي دقيانوس الجبار (ادقاموا ) اي
احين اتصبوا لاضهارشعارالدين اءووقت قاموا لمللك قيانوس الكافرفانه كان
يدعوالناساليعبادةالطواغيت فثبت الله تعالي هؤلاء الفتية حتي عصوا ذلك الجبار
واءقروابربوبيةالله تعالي وصرحوابالبرءةمن الشركاء (فقلواربن السمواتوالاءرض لن
ندعومن دونه ءالها ) اي لن نعبد ءبدا معبودا خر ( لقد قلنا اذا شططا ) اي والله
لاءن عبد نا غيره لقد قالنا حينءذقولازور ا علي الله قال اصحابل الكهف عند خروجهم
من عند امللك دقيانوس الكافر
“(Kami kisahkan
kepadamu ) wahai termulyanya mahkluk (cerita mereka dengan sebenarnya) dalam
arti dengan sebenar-benarnya kisah ( sesunggunya mereka adalah segolongan
pemuda) dalam arti sekelompok pemuda ( yang beriman kepada Tuhan mereka) dengan
sesungguhnya bukan dengan taqlid / ikut-ikutan saja ( dan kami tambahkan kepada
mereka petunjuk ) dengan menetapkan mereka terhadap agama mereka (dan kami ikat
kuat hati mereka ) kuatkan hati mereka sehingga mereka mampu memikul seluruh
batas kesabaran terhadap diamnya keluarga dan saudara dan dalam menghadapi
tantangan dari Daqyanus penguasa yang lalim ( ingatlah ketika mereka berdiri )
dalam arti ketika mereka tegak berdiri memperlihatkan sy iar agama islam atau
ketika berdiri di hadapan penguasa raja Daqyanus, mereka teguh mengakui
Ke-Tuhanan Allah SWT, dan menyeru telah bebas dari segala bentuk Kemusyrikan (
maka mereka berkata, “ Tuhan kami adalah Tuhan Penguasa langit dan bumi yang
kami tidak pernah Tuhan selain-Nya ) dalam arti tidak akan pernah menyembah
sesembahan lain selamanya ( sesungguh jika kami berbuat demikian maka kami
menyimpang jauh dari kebenaran-Nya ) dalam arti demi Allah sungguh andaikan
kami menyembah selain-Nya maka sungguh kami telah berbuat atau berkata dosa
terhadap Allah SWT, inilah yang diucapkan Ashabul Kahfi ketika mereka keluar
dan meninggalkan raja Daqyanus yang kafir”
Al-Quran mengambarkan kisah ashabul
Kahfi sebagai golongan yang masih muda berlindung di dalam gua lantaran menjaga
akidah yang mereka pegangi. Mereka berhadapan dengan tentangan dan juga ancaman
dari segenap penjuru untuk menyiksa mereka agar meninggalkan keyakinan terhadap
Allah.
Dalam keadaan yang tiada sokongan, penjamin
dan penyelamat, mereka hanya berharap kepada Allah swt untuk menyelamatkan
nyawa dan akidah mereka. Keadaan dan kegetiran yang mereka hadapi telah membawa
mereka terus mencari dan mencari dari satu tempat pesembunyian ke tempat
persembunyian yang lain. Seperti juga umat-umat yang beriman yang lain, ada
yang terpaksa meninggalkan kaum keluarga, harta dan juga sanak-saudara dan
bersembunyi untuk menyelamatkan akidah mereka. Ini berlaku dalam peristiwa
Hijrah Rasulullah s.a.w dan para sahabat baginda. Berlaku juga kepada Pendita
Kristian dalam kisah Ashabul Ukhdud. Akhirnya Ashab al-Kahfi ini tiba dan berlindung
di dalam sebuah gua.
Di dalam gua yang kegelapan, ashab al-kahfi
memohon cahaya daripada Allah agar diberikan mereka kerahmatan dari sisi-Nya
dan juga hidayah. Kepayahan yang dirasai, tentangan yang dialami, perjuangan
yang dihadapi menyebabkan mereka berasakan tiada penyelamat lain yang mampu
menenangkan kerungsingan jiwa dan juga fikiran mereka melainkan hanya Allah
subhanallah taala. Akhirnya
mereka tertidur dengan keletihan bukan semalaman ataupun seharian tetapi
berabad-abad lamanya.
Kisah
ashab al-Kahfi ini menguraikan banyak intisari untuk ditekuni dan diteladani. Allah subhanallah taala mengulang ciri-ciri
mereka ini dengan mengisahkan mereka ialah: (1) golongan yang masih muda, (2)
punya pendirian dan (3) paradigma yang tersendiri dan (4) tulin dalam
menyatakan kepercayaan dan (5) berdakwah tanpa bertangguh-tangguh kepada
masyarakat mereka walaupun mereka muda, kurang pengalaman berbanding masyarakat
mereka yang lebih dewasa dan telah ada banyak pengalaman.
Kisah
seumpama ini sentiasa berulang dari zaman ke zaman bahkan sewaktu zaman Nabi
Muhammad s.a.w, baginda banyak dibantu oleh tenaga muda yang kental jiwa dan
hatinya dalam perjuangan Islam.
Menjadi
sunnah dalam dakwah dalam menjelaskan uluhiyyah dan rububiyah Allah swt, dakwah
ini ditentang, dinafikan, didustakan, diharamkan, diperangi, dan disekat dalam
pelbagai bentuk sehingga menyebabkan kesukaran dan para pengikut Nabi terpaksa
merahsiakan keimanan dan juga keislaman. Pun begitu dalam suasana rahsia dan
berjaga-jaga, dakwah dan juga jumlah penganut agama Allah terus bertambah dan
berkembang.
Kisah ashab
al-Kahfi ini menjadi tazkirah dan juga penguat keimanan bukan sahaja kepada
nabi Muhammad tetapi para sahabat r.a yang masih muda dan bersemangat. Allah
tegaskan di dalam al-Quran bahawa mereka ialah pemuda-pemuda yang beriman dan
Allah sentiasa menambah petunjuk kepada mereka lantaran keimanan mereka itu.
Diantara ciri-ciri mereka lagi disebut
dengan jelas dalam ayat-ayat al-Quran. Mereka ini ialah:
A.
Golongan yang tidak gentar, malah bangun menyatakan kebenaran dan
mendakwa bahwa Allah ialah Tuhan langit dan bumi
B.
Mereka menyeru masyarakat agar menerima uluhiyyah Allah dan menolak apa
jua bentuk-bentuk lain yang mengangkat selain Allah sebagai kuasa tertinggi dan
paling ditaati.
C. Mereka tetap berkata tanpa berubah setelah
meyakini sumber akidah dan pegangan mereka bahawa Allah ialah Tuhan yang
disembah dan jika mereka akur kepada kehendak masyarakat dan pemerintah tentu
pendirian tersebut akan menyebabkan mereka berpaling dari jalan Allah dan jauh
dari kebenaran yang sebenarnya.
D. Mereka juga berpendirian bahawa akidah dan
jalan hidayah perlulah di atas landasan sumber yang sahih dan manhaj yang
jelas. Menyedari bahawa kaum mereka sudah terseleweng dan berlaku zalim, terus
berusaha menjelaskan pendustaan, penafian dan pembohongan yang mereka dakwa
terhadap Allah swt.
Oleh karena
keadaan menjadi semakin sukar dan terdesak, mereka terpaksa menyelamatkan nyawa
sendiri dengan harapan usaha-usaha mereka sentiasa mendapat petunjuk dari Ilahi
dan barangkali keesokan paginya mereka boleh mengatur strategi baru untuk
berhadapan dengan penguasa dan juga dakwah kepada kaum mereka.
Ashabul kahfi adalah sebutan bagi sekelompok
pemuda di zaman dahulu yang dengan tegas dan gagah berani dalam menentang
kesewenang-wenangan raja (penguasa) terutama dalam penolakan mereka terhadap
pemusrikan yang dilakukan oleh raja mereka.
Menurut Ibn Abbas bahwa Ashabul Kahfi ini adalah
anak muda yang merupakan keturunan dari Raja Daqyanus, adapula yang mengatakan
mereka itu adalah pemuda yang taat dan pengikut dari agama Nabi Isa As.
Alkisah pada waktu itu raja yang penyembah berhala
itu mendata siapa saja diantara kaumnya yang tidak mau menyembah kepada
berhala. Namun raja merasa terkejut ternyata
keturunananya lah yang ternyata tidak beribadah kepada berhala. Untuk menutupi
rasa malunya raja berencana untuk memanggil mereka dan memaksa mereka untuk
beribadah kepada berhala. Para pemuda yang merupakan keturunan dari raja itu
ketakutan akan siksaan yang akan mereka hadapi, akhirnya mereka melarikan diri
pada malam hari dan bersembunyi di sebuah gua..
Keterangan lain dari kisah Ahabul Kahfi adalah apa
yang diriwayatkan Muhammad bin Ishak dalam Tafsir Showi beliau menuturkan bahwa
Ashabul Kahfi hidup setelah Nabi Isa As, mereka adalah sekelompok kecil dari
orang yang dengan teguh memegang isi Injil dan bertauhid kepada Allah, mereka
hidup di bawah kekuasaan raja Daqyanus yang merupakan penyembah berhala dan dia
akan menghukum orang yang tidak mau menyembah berhala.
Suatu ketika Ashabul
kahfi lewat ke tempat itu dan menyaksikan pemusrikan yang terjadi di daerah itu
(nama tempat tsb adalah Torsus, di wilayah kekuasaan Romawi Timur/Bizantium)
mereka merasa sedih yang amat besar mengetahui kemusrikan yang terjadi di
daerah itu, lalu mereka pun berdakwah mengajak masyrakat untuk kembali
menyembah Allah semata. Kabar ini samapai ke Daqyanus
yang akhirnya memanggil mereka dan di hadapkan di depan Daqyanus. Terjadi
dialog antara Daqyanus dan mereka
( ma manaukum an tadzbahu alihatana, watajalu
anfusakum ka ahlil madinati. Imam antakunuu ala dinina waimma an taqtulukum )
( inna
lana ilahan a’dzimah, milussamawati wal ardi lan naduwa mindunihi ilahan
abadan. Isna ma bada a laka )
Daqyanus : apa yang membuat kalian
enggan untuk menyembah Tuhan kita dan menjadikan diri kalian seperti penduduk
kota lainnya? (kami menawarkan pilihan) apakah kamu akan kembali ke agama kami
atau kami akan membunuh kalian.
Ashabul : sesungguhnya kami
memepunyai Tuhan yang lebih agung dari pada Tuhan kalian, dia adalah penguasa seluruh langit dan bumi, dan kami
tidak akan sekali-kali akan menyekutukannya selamanya. Maka lakukanlah apa yang
menurut kamu terbaik.
Setelah itu, mereka menyingkir dari kota dan diam di gua yang berada
di kaki gunung (Kahfi). Mereka bertemu dengan seekor anjing yang akhirnmya
mengikuti mereka. Dan yang mereka lakukan disana salat, puasa dan berdzikir.
Sampai akhirnya Allah membuat mereka tertidur selama ratusan tahun yang
kemudian dijadikan sebagai pembenaran adanya pembangkitan.
0 komentar:
Posting Komentar